Segala
Puji bagi Allah yang telah mengutus Rasulullah saw sebagai suri tauladan akhlak
yang baik dan rahmatan lil ‘alamin. Dia telah mengutus Rasulullah saw
untuk menyampaikan pesan kepada seluruh ummat, mengajarkan kepada manusia
tentang kalam Allah swt. Allah swt, yang Maha Mengetahui segala sesuatu,
mengajarkan kepada manusia melalui Al Qur’an apa-apa yang mereka tidak ketahui.
Dan sungguh beruntung bagi orang-orang yang mau berpikir. Dan Allah selalu
menegaskan hal tersebut di dalam Al Qur’an.
Al Qur’an
bukan merupakan kitab sains ataupun ilmu pengetahuan, namun ia merupakan
tanda-tanda kebesaran Allah yang Maha Mengetahui segala ilmu. Salah satu bukti
nyata adalah seperti yang termaktub dalam surah Al Mu’minun ayat 12-14 di atas.
Allah swt memaparkan bagaimana fase penciptaan manusia. Dia telah memaparkan
jauh sebelum manusia memiliki pengetahuan tentangnya, di mana manusia saat itu
masih memiliki sedikit ilmu. Sehingga sekali lagi, sungguh beruntung bagi
mereka yang berpikir.
Para pakar
ilmuwan berpendapat bahwa manusia berasal dari sel tunggal dalam rahim sang
ibu, yang berukuran lebih kecil daripada sebutir garam. Kemudian sel ini membelah
menjadi 2, kemudian menjadi 4, membelah lagi menjadi 8, 16 dan begitu
seterusnya. Kemudian pertama kali segumpal daging muncul, kemudian segumpal
daging itu menjadi suatu bentuk tertentu, dan untuk selanjutnya membentuk
lengan, kaki, dan mata. Sel tersebut telah tumbuh 1 milyar kali lebih besar dan
6 milyar kali lebih berat dari sel awal.Di dalam bukunya, “Perkembangan
Manusia”, Profesor Amaratus Keith Moore menyatakan tentang Abad Pertengahan
bahwa, “Perkembangan ilmu pengetahuan berjalan secara lambat dari zaman
pertengahan dan ada sedikit perkembangan penyelidikan dalam hal embriologi yang
diusahakan selama abad ini sebagaimana yang telah kita ketahui. Hal ini
dijelaskan di dalam al-Quran, kitab suci umat Muslim, manusia diciptakan dari
sebuah campuran pengeluaran dari laki-laki dan perempuan. Beberapa referensi
yang lain menyebutkan bahwa penciptaan manusia itu dari setetes mani (sperma)
dan juga diharapkan bahwa hasil dari organisme itu terbentuk dalam janin
perempuan seperti sebuah biji enam hari setelah permulaan (blastosit manusia
mulai tertanam sekitar enam hari setelah pembuahan).”
Bahwa
manusia berasal dari setetes air mani, Allah telah menjelaskan kepada manusia
tentangnya dalam Al Qur’an,“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan
begitu saja (tanpa pertanggung-jawaban)? Bukankah dia dahulu setetes air mani
yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi segumpal darah,
lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan
daripadanya sepasang: laki laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat)
demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?“ (QS. Al Qiyamah
: 36-40)
Kata
‘alaqah, pada surah Al Mu’minun ayat 14, dalam bahasa Arab memiliki tiga arti.
Pertama, berarti pacat atau lintah (parasit yang menempel dan menghisap darah);
kedua, berarti sesuatu yang tertutup; dan ketiga, berarti segumpal darah. Dalam
ilmu embriologi, apa yang dimaksud dengan ‘alaqah dalam Al Qur’an dapat
dijelaskan sebagai berikut:
“Embrio
selama tingkatan alaqah kenampakan dan karakteristik yang mirip dengan lintah.
Dalam penggabungan embrio dengan uterus dalam rahim ibu, embrio terlihat
menempel. Selama fase ini, darah ditarik di dalam pembuluh darah tertutup dan
itulah mengapa embrio tampak seperti segumpal darah, tampak juga seperti
lintah. Hal ini dikatakan demikian karena embrio memperoleh zat makanan dari
tubuh sang ibu“
Dalam
surah Al Alaq, yang merupakan wahyu pertama Allah swt kepada Rasulullah saw,
Allah swt berfirman:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah” (QS. Al ‘Alaq : 1-3)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah” (QS. Al ‘Alaq : 1-3)
Para ahli
sebelumnya berkeyakinan bahwa pada janin, kerangka terbentuk pada saat yang
bersamaan dengan otot. Namun penemuan terakhir telah mengungkap suatu
kebenaran, bahwa jaringan tulang pertama tumbuh dan terbentuk dalam embrio, dan
kemudian jaringan otot terbentuk untuk menyelebungi tulang-tulang ini. Hal ini
telah dipaparkan dalam Al Qur’an surah Al Mu’minun ayat 14, yang dalam bahasa Qur’an
di sebut sebagai idham (tulang) dan idham bil laham (tulang
yang dibungkus dengan daging).
Selain
itu, penelitian ilmiah tentang kelahiran telah menunjukkan bahwa bayi mengalami
tiga tahapan dalam rahim sang ibu. Fakta ini diungkapkan dalam buku pelajaran
embriologi, “Basic Human Embryology”, sebagaimana berikut:
“Kehidupan
dalam rahim terbentuk melalui tiga fase:
1.
Pre-embryonic (2-5 minggu pertama);
2.
Embryonic (hingga akhir minggu ke delapan); dan
3. Janin
(dari minggu ke delapan hingga masa kelahiran)
Informasi
yang telah kita peroleh ini, yang menggunakan teknologi masa kini dan merupakan
hasil dari penelitian panjang bertahun-tahun, ternyata telah disebutkan dalam
Al Qur’an 14 abad yang lalu. Tentang tiga fase dalam rahim sang ibu ini, Allah
swt berfirman:
“Dia
menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan
[1307]. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang
memiliki kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat
dipalingkan?” (QS. Az Zumar :6)
Demikianlah
Allah swt telah menjelaskan kepada manusia bagaimana ia diciptakan dari setetes
mani dan terbentuk di dalam rahim sang ibu. Namun kebanyakan manusia melupakan
hakikat itu dan kehidupan akhirat. Mengenai hal ini, Allah telah menjelaskan
dalam Al Qur’an.
“Dan
apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air
(mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata. Dan ia membuat
perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah
yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh? Katakanlah:
“Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia
Maha Mengetahui tentang segala makhluk.”” (QS. Yaa Siin : 77-79)
- A.
Unsur Penciptaan Manusia
Allah berfirman dalam (Q.S Al Hijr (15): 28-29) yang
artinya :
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila
Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh
(ciptaan)-ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” (QS. Al Hijr
(15) : 28-29)
Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan
dari tanah, umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat
bahwa manusia benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa ,
maka segala sesuatu dapat terjadi. Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia
diciptakan dari tanah tidak berarti bahwa semua unsur kimia yang ada dalam
tanah ikut mengalami reaksi kimia. Hal itu seperti pernyataan bahwa
tumbuh-tumbuhan bahan makanannya dari tanah, karena tidak semua unsur kimia
yang ada dalam tanah ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja.
Dari sini kita megetahui petunjuk dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk
manusia yaitu ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu pada tanah, untuk
kemudian bereaksi kimiawi.
Jika dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang diberi
bentuk” (mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada Lumpur
hitam yang kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia).
- B.
Asal-usul Kejadian Manusia dalam Al-Qur’an
- 1.
Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan
oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk
yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya
maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :“Yang
membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah“. (QS. As Sajdah (32) : 7)“Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk“. (QS. Al Hijr (15) : 26)Disamping itu Allah
juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalah
surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
“Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah“. (HR. Bukhari
“Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah“. (HR. Bukhari
- Proses
Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh
Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya
dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan
kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah sati
firman-Nya“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun
dari apa yang tidak mereka ketahui” (QS. Yaasiin (36) : 36)Adapun proses
kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat
1 yaitu :“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang sangat banyak…” (QS. An Nisaa’: 1)Di dalam salah satu Hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :“Maka sesungguhnya
perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam” (HR. Bukhari-Muslim)
3. Proses Kejadian
Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua
keturunan Adam dan Hawa. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al
Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis. Di dalam Al Qur’an
proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui
firman-Nya :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ
سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ – (12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي
قَرَارٍ مَكِينٍ – (13) ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا
الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ
لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ
الْخَالِقِينَ
– (14) ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ – (15) ثُمَّ إِنَّكُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ – (16)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati
itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani
itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik.”
(QS. Al Mu’minuun : 12-14).
وَ” اللَّهْ
“لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَان” آدَم “مِنْ سُلَالَة” هِيَ مِنْ سَلَلْت الشَّيْء
مِنْ الشَّيْء أَيْ اسْتَخْرَجْته مِنْهُ وَهُوَ خُلَاصَته “مِنْ طِين” مُتَعَلِّق
بِسُلَالَةٍ. “ثُمَّ جَعَلْنَاهُ” أَيْ الْإِنْسَان نَسْل آدَم “نُطْفَة” مَنِيًّا
“فِي قَرَار مَكِين” هُوَ الرَّحِم. “ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَة عَلَقَة”
دَمًا جَامِدًا “فَخَلَقْنَا الْعَلَقَة مُضْغَة” لَحْمَة قَدْر مَا يُمْضَغ
“فَخَلَقْنَا الْمُضْغَة عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَام لَحْمًا” وَفِي قِرَاءَة
عَظْمًا فِي الْمَوْضِعَيْنِ وَخَلَقْنَا فِي الْمَوَاضِع الثَّلَاث بِمَعْنَى
صَيَّرْنَا “ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَر” بِنَفْخِ الرُّوح فِيهِ
“فَتَبَارَكَ اللَّه أَحْسَن الْخَالِقِينَ” أَيْ الْمُقَدِّرِينَ وَمُمَيَّز
أَحْسَن مَحْذُوف لِلْعِلْمِ بِهِ : أَيْ خَلْقًا
(Dan) Allah telah berfirman, (Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia) yakni Adam (dari suatu sari pati) lafal
Sulaalatin berasal dari perkataan Salaltusy Syai-a Minasy Syai-i, artinya aku
telah memeras sesuatu daripadanya, yang dimaksud adalah inti sari dari sesuatu
itu (berasal dari tanah) lafal Min Thiinin berta’alluq kepada lafal Sulaalatin.
013. (Kemudian Kami jadikan ia) manusia
atau keturunan Adam (dari nuthfah) yakni air mani (yang berada dalam tempat
yang kokoh) yaitu rahim.
014. (Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah) darah kental . (lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging)
daging yang besarnya sekepal tangan. (dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging) menurut
qiraat yang lain lafal ‘Izhaaman dalam dua tempat tadi dibaca ‘Azhman, yakni
dalam bentuk tunggal. Dan lafal Khalaqnaa yang artinya menciptakan, pada tiga
tempat tadi bermakna Shayyarnaa, artinya Kami jadikan. (kemudian Kami jadikan
dia sebagai makhluk yang lain) yaitu dengan ditiupkan roh ke dalam tubuhnya.
(Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik) sebaik-baik Yang Menciptakan. Sedangkan Mumayyiz dari lafal Ahsan tidak disebutkan, karena sudah dapat diketahui dengan sendirinya, yaitu lafal Khalqan. [Tafsir Jalalain 2/195 ]
(Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik) sebaik-baik Yang Menciptakan. Sedangkan Mumayyiz dari lafal Ahsan tidak disebutkan, karena sudah dapat diketahui dengan sendirinya, yaitu lafal Khalqan. [Tafsir Jalalain 2/195 ]
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW
bersabda :
“Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar
dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya
pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh
hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah.
Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian
diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk
menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya),
amalnya, dan buruk baik (nasibnya).” (HR. Bukhari-Muslim)
Ungkapan ilmiah dari Al Qur’an dan Hadits 15 abad
silam telah menjadi bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam
ilmu tentang organ-organ jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al
Qur’an dengan “saripati berasal dari tanah” sebagai substansi dasar kehidupan
manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua berasal
dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada di
dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari
pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma (lelaki)
dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses hingga
mewujudkan bentuk manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).
Para ahli dari barat baru menemukan masalah
pertumbuhan embrio secara bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada
tahun 1955, tetapi dalam Al Qur’an dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal
ini sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog
terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan : “Saya
takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al Qur’an yang diturunkan pada abad
ke-7 M itu”. Selain iti beliau juga mengatakan, “Dari ungkapan Al Qur’an dan
hadits banyak mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk mengetahui
perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel tunggal (zygote) yang
terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin
jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh Spalanzani sampai dengan
eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula ide tentang perkembangan yang
dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom zygote belum ditemukan sampai
akhir abad ke-19. Tetapi jauh sebelumnya Al Qur’an telah menegaskan dari nutfah
Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian (hadits menjelaskan bahwa Allah)
menentukan sifat-sifat dan nasibnya.
Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu
genetika (janin) bahwa selama embrio berada di dalam kandungan ada tiga
selubung yang menutupinya yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus
(rahim), dan lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan
dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup/membungkus anak dalam
rahim). Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di
dalam Al Qur’an :
“…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi
kejadian dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim,
dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)…” (QS. Az Zumar (39)
: 6).
Kita sebagai umat yang mengakui dan meyakini rukun
iman yang enam, maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah
satu-satunya literatur yang paling benar dan bersifat global bagi ilmu
pengetahuan.
“Kitab (Al Qur’an) in tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang
ghaib…..” (QS. Al Baqarah (2) : 2-3)
Dengan memperhatikan ayat tersebut maka kita
seharusnya tidak perlu berkecil hati menghadapi orang-orang yang menyangkal
kebenaran keterangan mengenai asal usul manusia. Salah satu fenomena yang
dijelaskan dalam Al Qur’an dan Al Hadits adalah perkembangan janin dalam rahim
yang kemudian dalam istilah ilmu pengetahuan modern disebut embriologi.
Dari Al Qur’an dan Al Hadits di atas menunujukkan
bahwa Allah Ta`ala menciptakan manusia melalui fase-fase berikut :
- Nuthfah
Ibnu Abbas RA memberikan tafsir tentang “min nuthfatin Amsyaj” dalam surat Al Mu’minun : 12 bahwa nuthfatun amsyaj adalah sperma laki-laki dan sel telur perempuan yang telah bertemu dan terjadi pembuahan kemudian terjadi perubahan dari keadaan yang satu kepada yang lain dan dari bentuk yang satu kepada bentuk yang lain. Imam Al Qurthuby Rahimahullah berkata : “Bahwasanya sperma di dalam rahim ketika dilepaskannya dengan kekuatan syahwat yang menjadikan mani itu tersebar dan bertaburan, maka Allah Ta`ala mengumpulkannya di dalam rahim tersebut”.
Riset para ahli embriologi menyebutkan bahwa selain
mengandung spermatozoa (sperma) air mani juga tersusun dari berbagai campuran
yang berlainan yang mempunyai fungsi masing-masing, misalnya mengandung gula
yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi spermatozoa, menetralkan asam di
pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma.
Air mani yang tersusun dari berbagai campuran tersebut telah disebutkan dalam
Al- Qur’an. “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan
Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari sari pati air yang hina (mani)”. (QS. As Sajdah : 7-8).
Kata-kata sulalah (saripati) pada ayat tersebut
merupakan bagian yang mendasar atau “bagian dari satu kesatuan”.
- ‘Alaqah
‘Alaqah secara bahasa mempunyai arti sesuatu yang
mengambang atau menempel, sedangkan pada ‘alaqah ini embrio berbentuk segumpal
darah sebagaimana ditegaskan Allah SWT : “Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah” (QS. Al ‘Alaq : 2). ‘Alaqah merupakan bahan dasar bayi yang
berupa sel tunggal, dalam istilah biologi sel ini disebut zigot sebagai
“segumpal darah”, istilah ‘alaqah ini juga tersebut dalam firman Allah SWT :
“kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya,dan
menyempurnakannya”. (QS. Al Qiyamah : 38).
- Mudghah
“…lalu segumpal darah itu Kami jadikan daging,…” ( QS. Al
Mukminun : 14).
Mudghah yang mempunyai arti segumpal daging ini merupakan fase yang mana berbentuk lengkung, dengan penampakan gelembung-gelembung serta alur-alur.
Embrio yang tumbuh berumur 40-42 hari tidak lagi mirip dengan embrio hewan karena sudah dilengkapi dengan pendengaran, penglihatan, kulit, otot dan tulang sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi SAW dari Hudzaifah ibnu Asid : “Ketika nuthfah telah lewat 42 malam dari penciptaan, Allah Ta`ala mengirim malaikat untuk membentuknya dan menciptakan pendengaran, penglihatan, kulit, otot dan tulang. Kemudian malaikat bertanya : Ya Allah, ini akan dijadikan laki-laki atau perempuan ? Dan Allah memutuskan apa yang dikehendakiNya, ..” (HR. Muslim no : 2645)
Mudghah yang mempunyai arti segumpal daging ini merupakan fase yang mana berbentuk lengkung, dengan penampakan gelembung-gelembung serta alur-alur.
Embrio yang tumbuh berumur 40-42 hari tidak lagi mirip dengan embrio hewan karena sudah dilengkapi dengan pendengaran, penglihatan, kulit, otot dan tulang sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi SAW dari Hudzaifah ibnu Asid : “Ketika nuthfah telah lewat 42 malam dari penciptaan, Allah Ta`ala mengirim malaikat untuk membentuknya dan menciptakan pendengaran, penglihatan, kulit, otot dan tulang. Kemudian malaikat bertanya : Ya Allah, ini akan dijadikan laki-laki atau perempuan ? Dan Allah memutuskan apa yang dikehendakiNya, ..” (HR. Muslim no : 2645)
- Peniupan
Ruh
Ruh merupakan penggerak dan pertanda dari kehidupan
seorang hamba, tanpa adanya ruh maka jasad yang telah terbentuk tidak akan
sempurna. Tentang ruh ini Allah Ta`ala berfirman : “Dan mereka bertanya
kepadamu tentang ruh. Katakanlah “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS. Al Isra’ :
85)Para ahli ilmu mendefinisikan ruh sebagai organ lembut yang berada pada
badan. Proses peniupan ruh oleh malaikat tersebut diiringi dengan proses
penentuan rizkinya, ajalnya, amalnya dan ia celaka atau bahagia. Proses
peniupan ruh pada embrio tersebut ketika berumur 120 hari sebagaimana
disebutkan pada hadits dari Abi Abdirrahman Abdillah bin Mas’ud RA. yang sudah
tersebut di atas.Hal lain yang disebutkan dalam Al Qur’an adalah bahwa embrio
terselubungi oleh tiga kegelapan “dzulumatin tsalats“. Para pakar
embriologi menyebutkan bahwa maksud dari tiga tabir kegelapan itu adalah ; 1.
Dinding bagian dalam perut ibu, 2. Dinding uterus, dan 3. Membran
amniokorionik. Maha benar Allah Ta`ala dengan firmanNya : “…Dia menjadikan
kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan (kegelapan
dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup
anak dalam rahim)…”. (QS. Az Zumar : 6)
Al-Quran
menjelaskan tahap-tahap perkembangan sebelum kelahiran sebagai berikut:
1)
Nutfah (setetes sperma)2) ‘alaqah ( segumpal
darah yang melekat pada dinding uterus)3) Mudhgah
(segumpal daging yang belum bertulang)4) Tulang,
dan5) DagingAllah menuturkan tentang kekuasaan
dan kelembutan-Nya mengenai penciptaan manusia dari setetes mani dari satu
tahap ketahapan lainnya, dari satu bentuk kebentuklainnya hingga terciptalah
sosok manusia yang lengkap dan sempurna, kemudian Allah berfirman { فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ
الْخَالِقِينَ} yaitu Maka
Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.